Sunday, October 21, 2012

Sejarah & Perkembangan Musik Slow Rock Melayu

Sejarah musik rock melayu berawal pada Malaysia dan Singapura bermula secara meluas pada tahun 1980-an. Hal ini karena adanya pengaruh dari budaya musik rock barat 70-80an yang bernuansa aliran Glam Rock, Metal & Heavy Metal seperti  Iron Maiden, White Snake, Motley Crue, Deep Purple, Van Halen, Scorpions, Rising Force, Survivor, Quiet Riot, Rainbow, Cinderella, Judas Priest, Helloween, Metallica, Megadeth, White Lion, Poison, Skid Row, Def Leppard, Led Zeppelin, Twisted Sister, Black Sabbath, dan banyak lagi selanjutnya juga ada pengaruh dari Jepang (Asia) seperti Loudness, Earthshaker, dll sehingga mendorong kemunculan band-band rock Malaysia dan Singapura hadir dan berkembang pada saat itu.

Lalu di Malaysia marak adanya penyelenggaraan lomba lagu rock seperti Juara Rock, Festival Rock dan Battle Of The Bands. Pertandingan rock atau diistilahkan dalam bahasa orang melayu yaitu “pertandingan kejuaraan rock kebangsaan” yang pertama diadakan dengan adanya pertandingan Juara Rock tahun 1983. Dalam pertandingan ini, telah dimenangkan oleh D’Febians dan The Lefthanded. Selanjutnya dengan begitu banyaknya sambutan dan antusias oleh kalangan anak muda disana akhirnya pertandingan Juara Rock muncul kembali di tahun 1984 dimana The Bunmark meraih juara pertama, Hurricane berada pada juara kedua dan juara ketiga oleh band Gersang.

Seiring dengan sambutan dan antusias oleh masyarakat yang semakin tinggi terhadap pertandingan Juara Rock akhirnya memunculkan pertandingan kejuaran yang lain seperti adanya Festival Rock di tahun 1984 di Johor Bahru. Keberadaan pertandingan juara-juara rock ini secara langsung telah mengindikasikan makin banyaknya band-band rock baru bermunculan. Musik rock di Malaysia begitu luar biasa dan berada pada kondisi kejayaan dengan adanya Battle Of The Bands 1 dan 2 (1986-1987) dimana pesertanya yaitu band SYJ, Lefthanded, Ella & The Boys, Boodshed dan Whitesteel. Salah satu dari keunikan dari mereka adalah gaya berpakaiannya yang begitu mencolok saat berada di panggung seperti band SYJ (Syed Yusuf Jamalulail) begitu terang-terangan berpenampilan seperti apa yang dikenakan oleh band Motley Crue dari rambut gondrong, busana glamour sampai memakai make up.

Pengaruh musik rock Malaysia ternyata juga sedikit dipengaruhi oleh musik Indonesia. Keberadaan mereka sempat menjadi idola seperti adanya penyanyi era 70an dengan permainan nuansa akustik gitarnya yaitu Ebit G Ade. Ada beberapa musisi Malaysia yang mencoba menyanyikan lagunya seperti band Sweet Charity dengan mengaransemennya menjadi musik slow rock diantaranya lagu Kamelia. Lalu juga ada D’llyod dan The Mercy’s yang sempat diminati oleh para musisi Malaysia seperti Atan vokalis dari band Aryan ternyata menyukai dan sempat terpengaruh pada musiknya. Selanjutnya tidak ketinggalan juga dengan keberadaan band rock asal Indonesia, God Bless yang sudah populer sejak era 70an dan masih ada lagi penyanyi-penyanyi lainnya.

Pada tahun 1988 - 1993 adalah masa era keemasan rock Malaysia. Betapa begitu banyaknya band-band rock baru bermunculan dengan albumnya seperti Lestari, Handy Black, Putra, Fotograf, GAMMA, Blackrose, Qiara, Olan, Ekamatra, Iklim, Scarecrow (MASA), Menara, Dinamik, Analisa, Stra T.G, Illusi, Desire, Crossfire, Terra Rossa, XPDC, UG14, Teja, MAY, dan banyak lagi. Lalu di Singapura juga ada band rock seperti Lovethunters, Bumi Putera Rocker (BPR), Justice, Aces, Oblivion, Rusty Blade, Helter Skelter dll. Hingga dari Brunai Darussalam pun sempat juga meramaikan dengan adanya band Printis. Lalu banyak juga musisi laki-laki tampil secara solo seperti Rahim Maarof, Kamal, Ramli Sarif, Azmeer, dll. Penyanyi solo wanita yang distilahkan dengan Awek Rocker juga ikut ambil bagian seperti Ella, Wohnen, Tila, Shima, dll. Sementara itu juga ada bermunculan band-band yang lebih memilih dengan membawa aliran Underground dari sub-genre Trash Metal, Black Metal seperti Cromok, FTG, Samurai, dll.

Kepopuleran Rock Malaysia pada masa keemasannya juga sampai ke Indonesia, ditandai dengan kemunculan band Search dengan lagu hits andalannya yaitu Issabella di tahun 1989 dan sempat dibuat filmnya dari judul lagu tersebut di tahun 1990 yang dibintangi oleh pemeran utama Amy Search dan Nia Zulkarnain. Kemudian banyak band-band rock Malaysia bermunculan membanjiri pasar Indonesia dari media elektronik seperti Radio dan Televisi serta kaset albumnya. Diantaranya Iklim, MAY, Dinamik, Arena, Wings, Ukays (Uk's), Senario, Samudera, Damasutra, Mega, Dinamik, Sofea, Ekamatra, XPDC, Gersang, GAMMA, Exists (Exist), Febians, Spring, OAG, Visa dll. Salah satu perusahan label kaset album rock Malaysia di Indonesia adalah Akurama Records (Indonesia). Pada masa itu Akurama Records tidak pernah mengedarkannya dalam bentuk keping CD. Selanjutnya bermunculan perusahaan label rocord lain dari Indonesia yang mengedarkan kaset album Rock Malaysia seperti BLACKBOARD, Musica Studios, EMI, dll. Antara edaran album Rock Malaysia di Indonesia dengan di Malaysia berbeda. Album Rock Malaysia di Indonesia biasanya menggunakan lagu andalan atau hits sebagai nama albumnya atau diganti dari asal nama albumnya. Uniknya mereka (musisi/band rock dari Malaysia) tidak terlalu mengetahui ternyata albumnya juga sampai dipasarkan ke Indonesia. Hasil dari penjualan album yang berada di Indonesia hanya diraup oleh pihak distributor.

Rupanya di awal tahun 1990-an muncul juga band-band rock dari Indonesia sempat terpengaruh dari rock Malaysia seperti band Caesar, Keyboard Rock Band, Lochness, dll. Lalu ada juga penyanyi wanita seperti Cut Irna, Poppy Mercury, Inka Christie, disusul Nike Ardilla yang merupakan didikan dari Deddy Dores. Deddy Dores yang sebelumnya pernah bermain band bersama Lipstik dan Caezar cukup andil besar terhadap perkembangan musik rock melayu di Indonesia dengan karya-karya nya yang berimakan Slow Rock, sebagian besar bertemakan tentang cinta. Begitu Banyak sudah Deddy Dores mempopulerkan penyanyi Lady Rocker seperti Anie Carera, Nin Samantha, Mayang Sari, Lady Avisha, Ikko, dll.
Begitu luar biasanya kepopuleran musik Malaysia sempat menguasai pasar di Indonesia membuat keberadaan mereka dibatasi. Bila ingin tampil di Televisi ( Stasiun TVRI pada saat itu) dan stasiun radio mereka harus merubah atau menyesuaikan judul dan lirik lagu ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu ada juga penyanyi solo dari Malaysia mesti berduet dengan penyanyi Indonesia juga pada albumnya seperti apa yang dilakukan oleh Amy Search dengan Inka Christie, Rahim Maarof dengan Conny Dio, dll.

Kembali kepada perkembangan musik Rock Malaysia dan Singapura pada pertengan tahun 1990-an muncul istilah populer untuk sebutan Rock Melayu yaitu ”Rock Kapak”. Entah kapan, dari mana dan siapa secara jelas yang memulai istilah ”Rock Kapak” ini. Ada yang bilang ceritanya dulu ketika ada sekumpulan anak-anak muda di pinggir jalan sedang menyanyi dengan gitarnya membawakan lagu dari band Search tanpa diduga ada masyarakat yang sedang membawa kapak mengejar mereka karena menggangu ketentraman kampung. Lalu ada juga yang bilang band-band rock tersebut memainkan drumnya seolah-olah sedang menabuh (benda) kapak. Namun Rock Kapak dapat dipahami sebagai istilah untuk penyebutan rock dulu-dulu. Seumpama kapak adalah benda zaman batu (purbakala) dibandingkan sekarang berada di zaman lebih modern. Istilah selain Rock Kapak atau Era Rock Kapak juga ada yang cukup populer seperti Rock Zaman Batu, Rock Dulu-Dulu, Rock Klasik, Rock Otai, Era (Kegemilangan) Rock, Rock Kangkang. Untuk musisi yang berambut gondrong dengan segala atribut pakaiannya sudah ada sejak era 80an diistilahkan ”Sempoi” oleh anak-anak muda ataupun mereka yang berpenampilan sama. Di awal 90an ada juga muncul istilah untuk sebutan lagu slow rock yaitu ”Tangkap Lentuk/Lentok”. Biasanya kebanyakan ”Tangkap Lentuk/Lentok” lagu-lagunya adalah bertemakan tentang cinta namun ada juga tentang ketuhanan dan sosial walau tidak terlalu didominasi. Istilah selain ”Tangkap Lentok” adalah seperti Rock Leleh, Rock Cintan. Keunikan dari ciri khas musik slow rock mereka adalah kadang biasanya menambahkan berupa instrumen melayu dengan balutan distorsi gitar elektrik ataupun akustik. Ada juga dipadukan dengan istrumen keyboard.. Lalu ciri khas lain permainan dari peran lead guitar biasanya akan menampilkan gitar solo pada pertengahan dimasa lagu sedangkan peran rythm guitar lebih sebagai pelengkap lead guitar. Selain itu lirik yang puitis dari estetika bahasa yang indah juga menjadi kelebihannya

Sekiranya ada 3-5 lagu berirama slow rock dan biasanya salah satu menjadi lagu hits andalan pada album mereka. Walaupun sejatinya dominasi mereka adalah lagu-lagu cadas yang beriramakan Hard Rock, Heavy Metal. Musik cadas mereka seakan sedikit tenggelam lantaran didorong oleh kehendak dan pertimbangan pasar untuk menyanyikan lagu slow rock. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena salah satu faktor cukup besar dari kesuksesan penjualan album mereka adalah musik slow rock ini. Kejadiannya dimulai sejak akhir 80an dan awal 90an yang menjadi buah bibir perbincangan oleh masyarakat dan wartawan pada saat itu. Orang yang kurang menyukai lagu-lagu cadas lebih suka memilih lagu-lagu slow rocknya. Walaupun begitu gaya dan pengaruh dari Glam Rock, Metal & Heavy Metal dari Barat dan Asia 70-80an masih kekal adanya.
Semenjak itu dari perkembangannya juga di Indonesia, masyarakat lebih mengenal musik rock Malaysia pada awamnya terlanjur disebut sebagai istilah ”Slow Rock Malaysia/Melayu” selain itu ada juga yang mengistilahkannya dengan sebutan Rock Melayu, Malaysian Blues, Rock Balada Malaysia, Musik Melayu. Musisi band/penyanyinya pun juga ikut terlanjur disebut ”Band/Penyanyi Slow Rock (Malaysia/Melayu) oleh masyarakat Indonesia sendiri. Istilah ”Rock Kapak” tidak begitu populer di Indonesia. Kalaupun ada yang pernah dengar istilah ”Rock Kapak” mungkin akan terdengar unik, aneh dan lucu. Sebenarnya bila mendengar musik mereka yang berirama cadas dari segi skill permainan musikalitasnya tidak perlu diragukan.

Pada perkembanganya di tahun 1994 s/d 1997 masih banyak kembali band-band rock pendatang baru bermunculan seperti Stings, EYE, Umbrella, Leon, Screen, Versi, AXL’s, Fair, Arrow, Espiranza, Data, Success, dll serta band-band 80-awal 90an ada yang kembali aktif. Dalam masa ini penampilan cara berpakaian mereka cenderung mulai lebih polos dari sebelumnya. Mereka tidak lagi berpenampilan glamour. Rambut gondrong masih ada namun tidak terlalu mendominasi lagi. Musik berirama slow rock masih menjadi andalan mereka namun masih ada tetap terselip lagunya yang berirama cadas.


Kemudian di tahun 1997 s/d 2001 band-band pendatang baru dengan suasana lebih segar dan mulai kearah modern memberikan suasana baru dalam perkembangannya seperti adanya Scoin, Spin, Jelmol, Sup, Spoon, Data, dll. Ciri khas musik mereka begitu lebih kental nuansa kemelayuannya secara totalitas. Warna suara sang vokalis terdengar mengalun mendayu-dayu serasa merintih. Biasanya lirik lagu bertemakan tentang cinta kesedihan yang mengharu biru. Kemudian muncul lagi istilah populer yaitu ”Rock Jiwang” untuk sebutan mereka. Tidak bisa dipungkiri istilah ”Rock Jiwang” menjadi sebuah subgenre baru untuk Rock Melayu selain ”Rock Kapak”. Istilah sejenis selain ”Rock Jiwang” yang juga populer seperti Rock Leleh, Rock Cintan, Rock Lentok Punya. Pada masa itu juga hadir band-band baru dari sekumpulan anak-anak muda remaja seperti New Boyz, Boboy, Q-face, dll yang mengusung aliran Slow/Pop Rock. Istilah ”Rock Jiwang” boleh juga disebut lagu-lagu slow rock yang berada di era 80an dan awal 90an. Memang agak sedikit membingungkan karena ada sebagian orang juga menyebut band-band ”Rock Jiwang” adalah bagian dari Rock Kapak, disisi lain sebagian besar orang lebih suka membedakannya. Namun boleh dikatakan band ”Rock Jiwang” sebagai bagian dari ”Rock Dulu-Dulu”. Sementara itu band-band lama era80an dan awal 90an sudah berangsur tidak aktif lagi atau bubar serta juga banyak memilih bekerja diluar dari bidang musik. Kemudian sebagian dari mereka membentuk band baru dan ada juga yang lebih memilih bersolo karir. Rupanya keberadaan seperti Search, MAY, Wings, Handy Black, Bloodshed, dan puluhan band lain dari angkatan era lama masih tetap terdengar gaungnya dan tetap berjaya hingga awal tahun 2000an.

Kembali ke Indonesia, di tahun 1997 s/d 2001 rock melayu masih tetap ada pengaruhnya. Deddy Dores masih tetap menghadirkan penyanyi-penyanyi Lady Rockers dengan karya-karyanya yang sering menjadi hits. Adapun penyanyi wanita yang dihadirkan dari hasil pencarian (audisi) seperti Sonia yang berasal dari Bandung, Jawa Barat dimana lagu-lagunya sebagian besar adalah karya oleh Iwan. Kemudian juga penyanyi solo laki-laki seperti Rudiath, Iwan, Ferhad Najib, Darmansyah, Sultan, Adi Sahrul, dll. Lalu ada band Gan Rose kemudian ada Fenomena dari Jakarta tahun 1998 dan band Asahan dari Kab. Asahan, Sumatera Utara tahun 1999 meramaikan musik rock melayu. Tidak sedikit masyarakat Indonesia sendiri mengira mereka adalah artis penyanyi dari Malaysia lantaran aliran musik yang mereka bawa. Pada tahun 1999 musik dan edaran album Rock Malaysia berangsur mulai dibatasi di Indonesia. Hingga tahun 2005 sudah jarang atau tidak terlihat lagi. Kalaupun ada album baru dari mereka itupun cuma beberapa saja yang beredar ataupun album kompilasi dari ambilan lagu-lagu lama. Perkara ini ternyata sedikit terobati dengan hadirnya penyanyi-penyanyi beraliran slow rock nuansa melayu dari Padang, Sumatera Barat seperti Thomas Arya, Nelson’s, Yelse kemudian tahun-tahun berikutnya muncul pendatang baru dari daerah tersebut seperti Febian, Rhiena, Jhon Kinawa, Anton, Delta, Yulis Udo, Vina, JQ, Guslian, Sania, Boy Sandy, Rhenyma, dll.

Sejak tahun 2001 hingga memasuki lewat 2010 industri musik Malaysia didominasi oleh musik dari Indonesia. Ada beberapa band lama seperti band Exists yang sejak 2001 sudah merubah alirannya menjadi Rock Progresif dan unsur kemelayuannya sudah diminimalisir. Kemudian banyak band-band baru hadir dengan memilih kejalur indie. Kalau di dengar sekilas mirip dengan lagu band-band Indonesia. Lirik lagu nya juga cenderung lebih sederhana dari kosa kata yang awam sering didengar. Namun dalam keadaan itu ternyata band-band dengan aliran underground dari subgenre Black Metal, Trash Metal, Nu Metal, dll. muncul memeriahkan dalam industri musik Malaysia dan juga Singapura seperti hadirnya kembali band Cromok, lalu ada juga hadir seperti Metalasia, Sil Khannaz, Herriot, As-Sahar, dll. 

Musik Rock Melayu tidak bisa dipungkiri menjadi bagian dari genre atau aliran musik yang berkembang di negara serumpun (Malaysia, Singapura, Indonesia dan Brunai Darussalam) dan memiki penikmatnya sendiri yang juga banyak. Walaupun kadang dari kalangan masyarakat aliran ini menyebutnya dengan istilah musik cengeng, kampungan, ketinggalan zaman, kuno, dan sebagainya. Semoga dengan mengetahui sejarah dan filosofi dari musik Rock Melayu membuat kita tidak langsung serta merta hanya memproklamirkan sebuah lagu Slow Rock-nya saja dengan ciri khasnya vokalnya yang mendayu-dayu melengking dengan balutan khas distorsi musik instrumen melayu-nya. Jangan pula dibilang musik yang berirama cadas bukan tidak berarti juga masuk bagian dari Rock Melayu. Harapan terakhir, semoga musik Rock Melayu dapat berkembang dan dapat sejajar dengan genre musik lain seiring dengan perkembangan zaman yang ada dan hadir dengan menciptakan karya-karya yang baru.
 
Sejarah Musik Punk 
 
Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selaludikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika,golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun,Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.Punk Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerikayang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir  para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhananamun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadiwabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pulayang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh,anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahayasehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan wecan do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama

The Best Guitarists In The World ( Gitaris Terbaik Dunia ) Seni merupakan hal yang sangat luas pengertiannya, dari Musik, Film, Lukis, dan beragam macam Seni yanga da di seluruh dunia ini ada untuk dinikmati para penggemarnya. Salah satu seni yang membuat maraknya dunia adalah musik. dan kali ini, serbatop akan membahas pemain gitar terbaik di dunia. Nama-nama seperti JimiHendrix, Steve Vai, Joe Satriani, atau Yngwie Malmstein, Eric Clapton, atau Carlos Santana mungkin sudah tidak asing lagi. Untuk Urusan terbaik, adalah hal yang subjektif dan tidak pasti seperti ilmu sains. tergantung para penikmat musik itu sendiri dan dari sisi mana mereka melihat kemampuan sang gitaris tersebut. 

 

 

1. Jimi Hendrix ("Sang Dewa Gitar")

 Gitaris rock zaman kini yang mencari guru abadi atau sekadar melongok puncak permainan hanya akan menemui satu orang: Jimi Hendrix. Kepadanyalah, dan dari dia sajalah, segala teknik yang ada sekarang dirujukkan. Simak pengakuan-pengakuan yang dipublikasikan majalah Guitar (November 1997): "Dialah hal terbesar yang pernah kulihat," kata Stevie Ray Vaughn, . gitaris bluesyang tewas dalam kecelakaan helikopter pada 1990. "Sependapat, Keith Richards, pemetik gitar The Rolling Stones, menyatakan bahwa Stevie "memainkan ramuan materi yang sangat menarik". Dan Eric Clapton, salah seorang gitaris yang pada 1970-an dijuluki dewa gitar, mengakui dengan Jimi-lah "aku akhirnya merasa bertemu orang lain yang bisa kuajak bicara dan bermain". Fenomena itu sebenarnya paradoks dengan kenyataan bahwa Jimi sudah tak ada lagi. Ia meninggal di Rumah Sakit St. Mary Abbot, London, karena berlebihan menelan obat bius. Konon, ia sengaja mengakhiri hidupnya sendiri (pesan-pesan dan pernyataan-pernyataannya sebelum itu, seperti dikutip Q Encyclopedia of Rock Stars, antara lain, berupa: "Aku sudah mati sejak lama.") Namun jika memperhatikan benar, Jimi-lah yang "menemukan" hampir semua kemungkinan eksplorasi bermain gitar. Pada masanya, ketika aksesoris sound masih sangat terbatas, ia sudah memainkan wah dan distorsi secara sempurna — yang lalu menjadi fondasi rock "n roll di masa-masa sesudahnya. Ia bahkan melengkapi diri dengan jurus-jurus akrobatik, misalnya memetik senar dengan gigi. Lahir pada 27 November 1942 di Seattle, Amerika Serikat, dengan nama Johnny Allen Hendrix, Jimi menaruh perhatian pada musik, khususnya gitar, sejak kecil. Jagoan gitar pada masa-masa itu, seperti B.B. King, Muddy Waters, Buddy Holly, dan Robert Johnson, menjadi idolanya. Gitar pertama, jenis akustik, diperolehnya dari ayahnya pada musim panas 1958. Dengan modal itu ia bergabung dengan The Velvetones. Dan sejak itu jalan hidupnya seperti sudah digariskan. Dengan The Velvetones Jimi hanya ikutan tiga bulan. Pada musim panas berikutnya, berbekal gitar listrik baru yang diperolehnya, lagi-lagi, dari ayahnya, Jimi bergabung dengan The Rocking Kings. Sesudah itu Jimi sempat mengikuti wajib militer, dan membentuk band di barak, tapi tak lama. Cedera menyebabkannya diberhentikan dari dinas. Perubahan besar terjadi ketika, sebagai gitaris pocokan yang sudah kenyang bermain dengan bermacam artis, pada 1966, ia bertemu Chas Chandler, pembetot bas Animals — band yang punya hit The House of the Rising Sun. Chas, yang memutuskan keluar dari Animals dan memilih pekerjaan baru sebagai manajer, membawa Jimi ke Inggris. Di sana Chas mempertemukan Jimi dengan Mitch Mitchell, dramer, dan Noel Redding, pemain gitar yang diminta membetot bas. Bersama mereka berdua, Jimi lalu membentuk Jimi Hendrix Experience. Experience cepat melambung. Single pertamanya, Hey Joe, sempat 10 minggu ngendon di tangga lagu-lagu Inggris, mencapai posisi tertinggi keenam pada awal 1967. Sukses ini segera disusul album Are You Experience?. Inilah rekaman yang disebut-sebut sebagai kompilasi baru musik yang sama sekali radikal; album yang menyuarakan semangat generasi pada masa itu. Tapi popularitas di negeri sendiri baru diperoleh ketika Jimi berkesempatan manggung di Monterey International Pop Festival, County Fairground, Monterey, Kalifornia, pada 1967. Di sinilah Jimi memamerkan aksi teatrikal yang fenomenal: membakar dan menghancurkan gitarnya. Bendera karier Jimi terkerek tinggi-tinggi sejak itu. Berturut-turut, dalam waktu kurang dari setahun, antara 1968-1969, bersama Mitch dan Noel, ia merilis Axis: Bold as Love dan album ganda Electric Ladyland. Pada album yang disebut terakhir Jimi, yang akhirnya memiliki studio sendiri, mengerahkan seluruh kemampuannya sebagai gitaris maupun sebagai operator-sound engineer. Sukses besar. Tapi korban tak terhindarkan: Experience bubar. Jimi memang tak lalu ikut tenggelam. Ia bahkan masih sempat meramaikan festival band yang hingga kini tak terlupakan dalam sejarah musik rock: Woodstock Music & Art Fair. Waktu itu tahun 1969. Jimi, yang tampil bersama Gypsy Sons & Rainbows (antara lain diperkuat Mitch), mengantongi bayaran 125 ribu dolar Amerika Serikat, tertinggi di antara para artis lain. Sebuah bayaran yang pantas, tapi, rupanya, itulah penampilan akbar terakhir bagi Jimi. Setahun kemudian ia lebih memilih meninggalkan semuanya, selama-lamanya. Secara fisik, sih. Soalnya, pengaruh Jimi justru tetap hidup hingga kini.

 

 

 2. Joe Satriani (" Steve Vai: selama Joe Satriani tetap berkarya, saya tak akan kehilangan inspirasi") 

 Joe Satriani, pertama kali belajar gitar pada saat berumur 14 tahun. Pada umur 15 tahun, Joe sudah mengajar gitar (selama 3 tahun) kepada beberapa muridnya yang antara lain adalah Steve Vai, Kirk Hammet (Metallica) dan Larry LaLonde (Primus). Dapat dibayangkan betapa tekunnya dan cepatnya Joe mendalami permainan gitarnya. Sambil mengajar di Second Hand Guitar, Berklee, Joe merilis albumnya yang pertama tahun 1986 yang berjudul Not Of This Earth. Tahun berikutnya, Surfing With The Alien dirilis dan mendapatkan gold dan platinum sales. Tahun 1989 Surfing in a Blue Dream pun dirilis dan mencapai angka 750.000 keping untuk penjualannya dan masuk ke nominasi Grammy Awards. Tahun 1992 The Extremist dirilis yang juga masuk nominasi Grammy Awards dan mencapai peringkat 24 di Billboard chart. Tahun berikutnya, Time Machine (dobel CD) dirilis. Di tahun 1995 album yang berjudul Joe Satriani dirilis dan lagu My World masuk nominasi Grammy Awards. Tahun 1998 Joe merilis albumnya yang ke delapan berjudul Crystal Planet. Di tahun 2000 Joe merilis album Engines Of Creation. Di album ini Joe melakukan eksperimen dengan rekaman menggunakan rhytm-rhytm yang dibuat di komputer. Tahun 2001 Joe merilis album live nya Live in San Fransisco. Selain merilis album solonya, Joe Satriani juga merupakan penggagas diadakannya G3. Bersama Steve Vai, Joe sudah beberapa kali mengadakan konser G3 dengan dewa gitar lainnya seperti Eric Johnson (1996), Adrian Leggs, Kenny Wayne Shepherd dan Robert Fripp (1997), Michael Schenker dan Uli John Roth dengan Brian May sebagai Guest Star untuk show di London dan Patrick Rondat di Perancis (1998) dan John Petrucci (2001). Joe Satriani juga berpartisipasi dalam proyek Merry Axemas-nya Steve Vai dan memainkan satu lagu Silent Night yang di aransemen ulang dan juga pernah mengisi posisi gitar untuk Deep Purple di tahun 1990-an. 

 

3. Steve Vai ("Dewa gitar yang flamboyan dan serba bisa") 

Siapa yang tidak kenal dengan dewa gitar yang satu ini? Permainannya mulai dari blues, jazz, rock sampai klasik dan ethnic music. Permainan gitarnya pun tidak terbatas pada komunitas gitar saja tetapi juga bagi orang-orang awam yang tidak mendalami gitar. Pada umur 6 tahun, Steve mulai belajar piano. Pada umur 10 tahun, Steve mulai belajar bermain akordeon. Pada umur 13 tahun barulah Steve mulai mendalami gitar dan sejak saat itu lahirlah seorang dewa gitar yang baru. Steve Vai mengawali karirnya dengan album debutnya Flex-Able Leftovers pada tahun 1984. Pada tahun 1990, Steve merilis album keduanya yang berjudul Passion and Warfare.Album ini mendapat pengakuan internasional dan Steve memenangkan polling pembaca majalah Guitar Player dalam 4 kategori yang berbeda. Album Steve yang ketiga berjudul Sex & Religion dirilis tahun 1993 dan album keempatnya Alien Love Secrets dirilis tahun 1995. Pada tahun 1996 album kelima Steve Fire Garden dirilis. Tahun 1999, Steve meluncurkan album keenamnya yang berjudul Ultra Zone. Dalam album ini Steve lebih banyak memfokuskan dirinya dalam komposisi lagu dan bereksperimen dengan gitarnya. Tahun 2001 album The Seventh Song dirilis dan album ini berisi lagu-lagu slow/ballad yang pernah dirilis Steve dengan ditambah beberapa lagu baru. Dan di tahun 2001 Alive in an Ultra World pun dirilis. Steve Vai juga pernah memproduksi 2 album Natal yang berjudul Merry Axemas Vol.1 dan Merry Axemas Vol.2, juga konser G3 bersama Joe Satriani dan Eric Johnson/Kenny Wayne Shepherd dan terakhir John Petrucci turut juga bergabung dalam G3. Belakangan ini Steve Vai lebih memfokuskan diri bereksperimen pada permainan gitarnya dan sekarang ini band Steve Vai ditambah seorang pemain bass yang sudah tidak asing lagi buat fans-fans rock tahun 80-an, Billy Sheehan. Belum pasti kapan album barunya akan beredar, kita tunggu saja… liberty and justice for all! 

 

4. John Petrucci ("Salah satu gitaris progressive yang paling popular") 

John besar di Long Island, tepatnya di King park, dimana dia, john myung & Kevin moore bersekolah bersama. John mulai Belajar gitar ketika masih berumur 12 tahun (sebelumnya dia pernah belajar ketika berumur 8 tahun tetapi menyerah ketika Dia melihat kakak perempuannya harus begadang tiap malam belajar main organ. Dia tidak merencanakan untuk menjadi seperti Itu, Dia belajar gitar sepulang sekolah dan akhirnya dia menjadi tidak tertarik lagi). Namun dia mulai banyak terpengaruh Oleh permainan gitar dari gitaris semacam Yngwie Malmsteen, Randy Rhoads, Iron Maiden, Steve Ray Vaughn, dan grup besar Semacam Yes, Rush, Dixie dregs dan lain lain dia mulai bertekad untuk mencapai level permainan seperti mereka. Sebagaimana kemunculan musik trash metal yang membuat John tertarik, maka John juga memperluas influence nya dengan Mendengarkan Metallica & Queensryche. John merasa membutuhkan tantangan yang lebih dalam tehnik guitar oleh karena itu Dia banyak mengadaptasi hammering speed & melodic style dari gitaris-gitaris seperti Steves (Steve Morse & Steve Vai), The Als (Allan Holdsworth & Al Dimeola) Mike Stern, Joe Satriani, Neal Schon & Eddie Van Halen. Pendidikan musiknya dimulai dengan berbagai kelas teori musik yang dia ambil ketika high school. Dia belajar secara otodidak, tetapi dia sempat menerima beberapa pelajaran gitar yang dia ambil ketika dia masuk ke Berklee College of Music di Boston, dimana dia Mempelajari komposisi jazz dan harmoni. Ketika di Berklee John Petrucci dan John Myung yang juga belajar di berklee bertemu dengan Mike Portnoy, dan mereka mulai membuat band yang diberi nama Majesty yang nantinya kemudian berganti nama menjadi Dream Theater. John sudah merekam 7 album dengan Dream Theater, dan dia juga banyak terlibat dengan beberapa proyek sampingan seperti Liquid Tension Experiment Dengan Tony Levin, Age of Impact, dan bahkan game Sega Saturn yang disebut Necronomicon, dan juga terakhir dia terlibat dalam proyek G3 Bersama Joe Satriani dan Steve Vai. Kecintaan dia pada menulis lirik dikombinasikan dengan gaya komposisi yang unik dari progressive fusion Mengasah bentuk musik dari Dream Theater. John tinggal bersama istrinya Rena, dan 3 anaknya SamiJO, Reny, dan Kiara di New York. Ketika dia tidak bermain gitar dia banyak menghabiskan Waktunya dengan istri dan anak-anaknya dengan bermain skating, bersepeda, berolahraga dan menontong film. John sedang merencanakan membuat solo albumnya yang pertama. Lagu-lagu barunya yang dia mainkan ketika bersama G3 juga akan ada di solo album tersebut. Jaws of Life (sebelumnya I.B.S.), Damage Control and Glasgow Kiss. Dia melibatkan beberapa musisi seperti Dave LaRue pada bass, Dave DiCenso dan Tony Verderosa pada drum. 

 

5. Yngwie Malmsteen ("Pahlawan dan pelopor gitaris shredder sedunia dari Swedia")

 Yngwie Malmsteen merupakan pelopor yang melahirkan seluruh gitaris shredder yang kami tampilkan di website ini. Setelah Eddie Van Halen (Van Halen) pertama kali membawakan tembang "Eruption" pada tahun 1978 yang memperkenalkan teknik "two handed tapping", Yngwie meluncurkan album klasik baroque shred debutnya "Rising Force" yang mengegerkan komunitas gitar rock, menciptakan standar baru untuk kecepatan & keahlian dalam bermain. Warna "Neo-Classical" yang di bawahkan Yngwie adalah berdasarkan struktur komposisi dari J.S Bach (1685-1750) dan Niccolo Paganini (1782-1840). Setelah itu muncul para gitaris shredder yang menghasilkan sekian banyak album yang sukses. Hampir setiap minggu muncul gitaris baru yang mengklaim dirinya sebagai gitaris baru yang paling cepat di dunia. Sebagai contoh: Paul Gilbert, Marty Friedman, Jason Becker, Richie Kotzen, Vinnie Moore, Tony Macalpine, Greg Howe, dll. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Yngwie merupakan pahlawan gitar yang patut diacungi jempol. Pernikahan ayah Yngwie (seorang kapten tentara) dan ibunya (Rigmor - seniman) diakhiri dengan penceraian tidak lama setelah Yngwie lahir. Di samping itu Yngwie juga memiliki seorang kakak perempuan bernama Ann Louise dan kakak lelaki Bjorn. Yngwie terlahir sebagai anak bungsu yang liar, tidak bisa diatur dan ceria. Pada awalnya Yngwie mencoba untuk mempelajari piano dan trumpet tetapi ia tidak dapat menguasai alat musik tersebut. Acoustic guitar (gitar bolong) yang dibeli oleh ibunya pada waktu dia berusia 5 tahun juga tidak disentuh Yngwie dan dibiarkan bergelantung di dinding. Sampai akhirnya pada tgl 18 September 1970, Yngwie melihat sebuah acara spesial mengenai meninggalnya Jimi Hendrix. Di situ Yngwie yang masih 17 tahun tsb menyaksikan bagaimana Jimi Hendrix menghasilkan bunyi feedback guitar dan membakar gitarnya di depan penonton. Pada hari wafatnya Jimi Hendrix tsb lahirlah permainan gitar Yngwie. Yngwie yang penasaran tersebut kemudian membeli sebuah Fender Stratocaster murah, mencoba memainkan tembangnya Deep Purple dan menghabiskan banyak waktu untuk mengetahui rahasia dari alat instrumen dan musiknya sendiri. Kekaguman Yngwie terhadap Ritchie Blackmore (gitaris Deep Purple) yang dipengaruhi oleh musik klasik dan kekaguman terhadap kakak perempuannya yang sering memainkan komposisi Bach, Vivaldi, Beethoven, dan Mozart, memberikan ide kepada Yngwie untuk menggabungkan musik klasik tersebut dengan musik rock. Yngwie terus bermain seharian penuh sampai tidurpun dia masih tetap bersama gitarnya. Pada usia 10 tahun, Yngwie menggunakan nama kecil dari ibunya "Malmsteen", mengfokuskan seluruh energi dia dan berhenti bersekolah. Di sekolah Yngwie dikenal sebagai pembuat onar dan sering berantem, tetapi pintar dalam pelajaran bahasa Inggris dan seni. Ibunya yang menyadari bakat musiknya yang unik, mengizinkan Yngwie tinggal di rumah dengan rekaman dan gitarnya. Setelah menyaksikan violinis Gideon Kremer membawakan komposisi Paganini: 24 Caprices di televisi, Yngwie akhirnya mengetahui bagaimana cara mengawinkan musik klasik dengan skill permainan dan karismanya. Yngwie dan beberapa temannya merekam 3 lagu demo dan dikirim ke studio rekaman CBS Swedia, tetapi rekaman tersebut tidak pernah digubris atau diedarkan. Oleh karena frustasinya, Yngwie menyadari bahwa dia harus meninggalkan Swedia dan mulai mengirimkan demo rekaman dia ke berbagai studio rekaman di luar negeri. Salah satu dari demo tape Yngwie ternyata jatuh ke tangan konstributor Guitar Player dan pemilik Shrapnel Records: Mike Varney. Akhirnya Yngwie mendapat undangan ke Los Angeles untuk bergabung dengan band terbaru Shrapnel: "Steeler" dan seterusnya yang disebut sebagai sejarahnya. Pada bulan February 1983 Yngwie berangkat dari Swedia ke Los Angeles dengan bekal keahlian dan gaya permainan barunya. Selanjutnya permainan Yngwie dikenal dunia dengan permainannya yang sangat cepat di intro lagu "Hot On Your Heels". Yngwie kemudian pindah ke group band Alcatrazz, sebuah band yang bergaya "Rainbow" dan didirikan oleh penyanyi Graham Bonnett. Walaupun telah bergabung dengan Alcatrazz yang menampilkan sekian banyak solo hebat di lagu "Kree Nakoorie", "Jet to Jet," dan "Hiroshima Mon Amour", Yngwie masih merasa terlalu dibatasi oleh band itu sendiri. Akhirnya Yngwie berpikir bahwa hanya album sololah yang menjadi solusi terbaik. Album solo pertama Yngwie: Rising Force (kini dinobatkan sebagai kitab musik rock Neo-Classical) berhasil memasuki nomor 60 di tangga Billboard charts untuk musik instrumental gitar tanpa berbau komersil. Album ini juga memenangkan nominasi Grammy untuk Instrumental Rock Terbaik. Tidak lama kemudian Yngwie terpilih sebagai Gitaris Pendatang Baru Terbaik di berbagai majalah dan media, Gitaris Terbaik Tahun Itu, dan Rising Force menjadi Album Terbaik untuk tahun itu juga. Pada 22 June 1987 mendekati ultah Yngwie yang ke-24, Yngwie mengalami kecelakaan dengan mobil Jaguarnya yang mengakibatkan dia koma hampir seminggu. Penyumbatan darah pada otak Yngwie juga menyebabkan tangan kanannya tidak berfungsi. Karena takut akan karirnya yang akan berakhir itu, Yngwie dengan susah payah mengikuti terapi untuk memulihkan kembali tangan kanannya. Setelah itu Yngwie mendapat cobaan lagi dari kematian ibunya di Swedia akibat penyakit kanker yang menghabiskan banyak biaya medical. Jika Yngwie orang lain, mungkin sudah menyerah dengan nasib seperti itu, tetapi Yngwie justru berubah dan kembali ke musiknya dengan semangat tinggi. Setelah itu Yngwie meluncurkan album yang laris manis seperti Odyssey, Eclipse, Fire & Ice, Seventh Sign, I Can’t Wait, Magnum Opus, Inspiration, Facing the Animal, Alchemy, War To End All Wars dan akhirnya Yngwie berhasil mewujudkan cita-citanya untuk bermain bersama sebuah Orkestra penuh di salah satu album terbarunya: Concerto Suite for Electric Guitar and Orchestra in Eb minor, Op. 1 (tahun 1998). Ketika merelease albumnya Eclipse (1990), Yngwie sempat tour dan membuat konser yang sukses di Indonesia (Jakarta, Solo, & Surabaya). Rencananya pada bulan July 2001 ini Yngwie juga akan konser kembali di Indonesia, namun dibatalkan karena pemerintah USA & istrinya menasehati Yngwie akan keamanan politik di Indonesia. Padahal tiket Yngwie sudah sempat laku keras di Indonesia, penggemar Yngwie di Indonesia boleh kecewa. Kapan lagi Yngwie akan konser di Indonesia apabila keadaan politik Indonesia masih seperti ini? Album-album berikutnya adalah Attack!! yang memuat nomor hits instrumental Baroque & Roll. Pada tahun 2003, Yngwie diajak bergabung dalam formasi G3 bersama Joe Satriani dan Steve Vai yang menelurkan 1 album dan 1 video. Setelah selesai tur bersama G3, ia merampungkan album terbarunya Unleash The Fury. Album tersebut direlease diawal taun 2005. 

 

 6. Paul Gilbert ("Salah satu dewa gitar dengan permainan paling cepat dan bersih") 

Paul Gilbert merupakan salah satu dewa gitar seperti halnya Steve Vai, Yngwie, John Petrucci lainnya. Sebelumnya Paul dikenal melalui group bandnya Mr.Big, rekaman Mr.Big yang laku keras turut membesarkan nama Paul di dunia musik rock. Paul sendiri sudah cukup mengegerkan dunia gitaris pada tahun 86-87 sebagai pemain gitar tercepat di dunia ketika Paul masih bergabung dengan group band Racer X. Teknik permainannya telah sempurna saat ia baru menginjak 17 tahun itu. Pada usia 5 tahun (1971) Paul sudah mulai mempelajari gitarnya, 10 tahun berikutnya (1981) Paul coba mengirim demo rekamannya ke produser Mike Varney dan di luar dugaanya Mike sangat mengagumi permainannya di samping Tony Macalpine. Pada tahun 1984 Paul pindah ke LA dan melanjutkan sekolah gitarnya ke GIT (Guitar Institute of Technology) dan kini telah menjadi instruktur sekolah gitar bergengsi ini. Pada tahun 1986 dia bergabung dengan band pertamanya Racer X dengan album debutnya "Street Lethal ", kemudian "Second Heat" (1987) & "Live! Extreme Volume" (1988). Pada tahun 1989 Paul meninggalkan Racer X dan bergabung dengan group band MR.BIG dengan pemain bass yang disegani "Billy Sheehan", vocalis Eric Martin dan drummer Pat Torpey. Mereka meluncurkan album pertamanya "MR.BIG" dan MR.BIG tampil untuk pertama kalinya di Jepang pada bulan Oktober. Selanjutnya Paul meluncurkan album berikutnya: "Live! Raw Like Sushi" (1990), "Mr Big - Lean into it" (1991), "Mr.Big - San Francisco Live" (1992), "Racer X - Live Extreme Volume 2? (1992), "Mr.Big - Bump Ahead" (1993), "Mr.Big - Live! Raw Like Sushi 2? (1994), "HEY MAN" & " The best of MR.BIG" (1996), "Hard Rock Cafe", " Live At Budokan " & solo " King of Club" (1997). Lagu "To Be With You" (dari Album "Lean Into It") menduduki posisi pertama di majalah Billborad USA selama 3 minggu. Pada tahun 1998 Paul tampil pertama kali di Jepang dengan solo albumnya. Paul meluncurkan album solo "Flying Dog". Tahun 1999 Paul kembali ke Jepang dan meluncurkan album solo kedua "Beehive Live" dan album ketiga Racer X "Technical Difficulties". Tahun 2003 album Burning Organ dirilis, kali ini masuk ke label Indonesia dibawah naungan Staria Enterprise. Namun album berikutnya, Acoustic Samurai tidak lagi di Staria, melainkan berpindah ke label Variant Music. Kemudian Paul menggelar promo tur album "Spaceship One" hingga ke Indonesia. Hal ini disambut antusias oleh penggemar-penggemarnya, pasalnya banyak artis asal Amerika yang menarik diri karena takut disweeping oleh pihak-pihak tertentu. 

 

7. Nuno Bettencourt ("Dewa gitar yang mempelopori warna Funky Metal") 

Nuno Bettencourt merupakan gitaris rock yang terbaik dalam permainan ritemnya. Beberapa gitaris lain yang dapat menandingi permainan ritemnya dapat terhitung misalnya: John Petrucci, Darren Housholder dan beberapa pemain funk metal lainnya. Kekreatifan Nuno dalam menciptakan teknik permainan baru telah dikenal sejak album pertama dan kedua group bandnya Extreme yaitu: "Extreme" dan "Pornograffitti". Tidak heran Nuno dinobatkan menjadi "Best New Talent" (pendatang baru terbaik) begitu Extreme meluncurkan album keduanya "Pornograffitti". Sesuai dengan perkataan Nuno sendiri di interview-interviewnya bahwa cita-cita Nuno adalah menulis album berwarna funk seperti Pearl Jam, Nirvana dan sejenisnya. Oleh karena itu jika Anda ingin mendengarkan kepiawaian Nuno sebagai shredder, maka kami rekomendasikan Anda mendengarkan album Extreme: "Pornograffitti". Album pertama "Extreme" dan album ketiga "Three Side Story" juga tidak kalah bagusnya. Justru album solo Nuno sendiri dan band barunya Mourning Widows, tidak menampilkan skill dari permainan Nuno sendiri. Bubarnya Extreme cukup mengecewakan penggemar Nuno. Pada tahun 1982 Nuno pertama kalinya bertemu dengan vokalis Extreme: Gary Cherone. Ini merupakan awal dari band Extreme tsb. 2 tahun kemudian (1984) Nuno meninggalkan sekolahnya dan konsentrasi dalam melatih permainan gitarnya. Nuno melihat drummer Extreme: Mike Mangini di sebuah club di dalam band tribute Van Halen, ketika band-band lain sedang istirahat, Mike memainkan solo drum yang luar biasa. 1985 Nuno bertemu dengan bassist Extreme: Pat Badger yang bekerja di toko gitar Jim Mouradian di Winchester di mana Nuno selalu memodifikasi gitarnya di sana. Nama band mereka pertama kali dinamakan "The Dream" sebelum menggunakan nama "Extreme" dan menghasilkan lagu "Mutha" yang berhasil menerobos jajaran lagu di MTV. Tak lama kemudian nama band mereka diganti menjadi "Extreme" dan tampil di Festival Mare de Agosto (Santa Maria) pada tahun 1986. Pada tahun 1987 Extreme memenangkan "Outstanding Hard Rock Act" pada tahun pertama Boston Music Awards. Mereka juga memenangkan kontes MTV video, yang ditonton juga oleh perusahaan rekaman A&M A&R scout. Pada bulan September mereka mendapat kabar baik dari A&M record untuk mulai rekaman. Pada tahun 1989 mereka kembali disebut sebagai "Rising Star" di Boston Music Awards. Tak lama kemudian album debut mereka direlease, tetapi tidak banyak mendapat perhatian selain menjadi album terlaris minggu pertama di Boston, mencapai urutan ke 80 di US chart dan terjual 300.000 copy. "Kid Ego" menjadi single pertama mereka dan kemudian "Little Girls" dan Mutha (Don’t Wanna Go To School Today). Guitar Magazines menobatkan Nuno sebagai "the next Eddie Van Halen"! Extreme tour ke Amerika Utara dan Jepang. Lagu "Play With Me" menjadi soundtrack film "Bill and Ted’s Excellent Adventure". Kemudian Nuno mengisi ritem gitar di lagu Janet Jackson "Black Cat". Pada tahun 1990 Extreme merekam album keduanya "Pornograffitti" di Scream Studio (LA). Guitar magazine memberikan 6 halaman khusus untuk Nuno. Lagu Decadence Dance, Get The Funk Out direlease, tetapi tidak banyak yang terjadi. Pada bulan Desember perusahaan gitar Washburn membuatkan gitar N4 Nuno Bettencourt Signature Series, sampai saat ini N4 membuktikan kerberhasilan penjualan gitar Nuno. Awal kesuksesan Nuno terjadi pada bulan June 1991 ketika lagu "More Than Word" menjadi hit nomor 1 di USA dan luar negeri termasuk Israel, Belanda, dll. Nuno juga mengisi dan menjadi cover untuk video Hot Guitarist Video Magazine Premiere Volume (December "92). Pada bulan Oktober Nuno terpilih sebagai Rocker Terseksi di majalah Playgirl dan juga memenangkan "Top of the Rock", "Songwriter of the Year", "Solo of the Year" (Flight of the Wounded Bumblebee), dan "Guitar LP of the Year" di majalah gitar "Guitar For The Practicing Musician" Selanjutnya Extreme merelease album-album berikutnya: "III Sides", "Waiting For The Punchline" dan kemudian meninggalkan Extreme, merelease album solonya dan membentuk band barunya "Mourning Widows". Penggemar shredder boleh kecewa dengan keluarnya Nuno dari Extreme karena album-album berikutnya Nuno semuanya berwarna funk murni, tidak terdengar lagi permainan gitar yang menampilkan skill dari Nuno. 

 

 8. Eddie van Halen ("Pelopor teknik two handed tapping") Sebelum era permainan gitar shredd dipopulerkan oleh Yngwie Malmsteen pada tahun 1984, 6 tahun sebelumnya Eddie Van Halen telah lebih dulu sukses menggemparkan dunia musik. Teknik two handed tapping atau yang biasa disebut tapping saja telah berhasil secara mutlak meracuni lebih dari separuh gitaris rock yang ada di Amerika. Bukan hanya teknik tapping saja, ia juga mempopulerkan gaya permainan gitar hard rock yang sangat berbeda dari kebanyakan gitaris rock yang cukup kental permainan bluesnya. Solo gitarnya di tembang Eruption yang terdapat dalam album debut grupnya Van Halen secara mengejutkan menjadi perbincangan utama gitaris-gitaris rock dimasa itu. Eddie Van Halen atau biasa disebut dengan panggilan singkat EVH, merupakan seorang imigran dari Belanda. Ia dan keluarganya pindah ke Amerika sekitar tahun 60an. Awalnya lebih dulu mempelajari piano dan kemudian sedikit konsentrasi di drum. Sedangkan kakaknya, Alex Van Halen malah mempelajari gitar. Diam-diam mereka berdua saling mencuri kesempatan mempelajari instrumen yang bukan miliknya. Alex belajar drum, EVH belajar gitar. Ternyata malah keduanya sepakat bertukar alat musik. Jadilah kemudian EVH menekuni gitar. Pada saat mulai belajar gitar, ia cukup terpengaruh dengan permainan dari Eric Clapton dan Jimmy Page. Kemudian mereka membentuk band bernama Mammoth yang akhirnya berganti menjadi Van Halen dengan masuknya Michael Anthony pada bass, dan David Lee Roth pada vocal. Band ini terbentuk secara resmi tahun 1974. Album Van Halen yang dirilis tahun 1978 berhasil menembus charts Billboard sampai posisi 15 dan berhasil terjual sebanyak 2 juta keping yang salah satu menjadi penyebabnya adalah solo gitar EVH di lagu instrumental, Eruption. Nama Eddie Van Halen langsung berkibar karena ia berhasil mempopulerkan teknik tapping. Meski kontribusi dari David Lee Roth sebagai vocalis yang atraktif dan fenomenal juga tak bisa dipandang sebelah mata, namun bisa dibilang nama EVH lebih menjual. Namanya menjadi perbincangan dan berkali-kali meraih penghargaan sebagai Guitarist of The Year oleh majalah-majalah. Selain teknik tapping yang menjadi trademarknya, EVH juga dikenal dengan senyumnya yang selalu ia tampilkan dalam segala kondisi. Tak heran gitaris-gitaris muda di Amerika begitu menghormatinya. EVH kemudian membuat penampilan gitar Fender Stratocasternya menjadi berbeda. Body berwarna merah dengan garis-garis putih menjadi salah satu nilai jualnya. Album berikutnya dimasa David Lee Roth menjadi vocalis yang dirilis adalah Van Halen II (1979) dan Woman and Children First (1980), Fair Warning (1981), Diver Down (1982), dan sebuah album yang merupakan salah satu album masterpiece dari Van Halen yaitu 1984 yang dirilis tahun 1984. Di album 1984, EVH menampilkan permainan keyboard yang menawan. Malahan masyarakat awam lebih mengenal suara dan permainan keyboardnya di lagu Jump ketimbang teknik-teknik gitarnya. Lagu Jump berhasil menjadi juara 1 di charts Billboard. Pada tahun 1983, sebelum album 1984 dirilis. EVH sempat bekerjasama dengan King of Pop, Michael Jackson. EVH ikut serta dalam proyek album Thriller yang nantinya terjual lebih dari 20 juta copy. Ia memoles lagu yang berjudul Beat It menjadi sedikit berwarna rock dan dance. Tak lupa juga EVH menampilkan solo gitar dan teknik tappingnya yang merajalela di lagu tersebut. Munculnya EVH di lagu tersebut mendapat respon yang luar biasa dengan perolehan menduduki puncak charts Billboard selama berminggu-minggu. Tahun 1986 Van Halen mengalami perubahan formasi dengan mundurnya David Lee Roth dan digantikan oleh Sammy Haggar. Meskipun begitu, EVH tetap mampu menampilkan permainan-permainan gitar terbaiknya. Album-album berikutnya seperti 5150 (1986), OU812 (1988), For Unlwaful Carnal Knowledge (1991), dan Balance (1995) masih cukup mampu memperpanjang nafas Van Halen dalam dunia rekaman. Tak lama kemudian kembali Van Halen berganti vocalis dengan masuknya Gary Cherone (ex Extreme). Van Halen semasa Gary Cherone oleh banyak pihak dianggap sebagai era terburuk dengan ditandai kurang suksesnya album Van Halen III (1998). Tahun 2001 EVH terkena kanker mulut, ia terpaksa absen selama sekitar 2 tahun untuk proses penyembuhan. 

 

9. Michael Schenker ("Salah Satu Pelopor Gitar Hero di Jerman")

 Jika diadakan polling mengenai "10 gitaris terbaik Jerman sepanjang masa", saya yakin kalau nama Michael Schenker akan termasuk salah satu diantaranya. Bahkan kalaupun disuruh memilih 5 saja, saya tetap yakin namanya akan tetap masuk. Tidak aneh bila melihat sepak terjangnya mengangkat nama Jerman sebagai negara yang memiliki gitaris kelas satu dan mampu bersaing dengan gitaris handal dari Inggris dan Amerika. Michael dan saudaranya, Rudolf memiliki hobi yang sama, yaitu bermain gitar. Michael mendapat inspirasi dalam bermusik dari 2 grup band yang cukup populer di masa itu, Wishbone Ash dan Mountain. Ia juga sempat bekerja sambilan sebagai transcriber lagu. Tahun 70-an awal, Michael bergabung dengan band milik Rudolf, The Scorpions. Kebetulan permainan Michael cukup menonjol, namun saat band ini merilis album debutnya, Lonesome Crow pada tahun 1972 album itu kurang mendapat respon yang positif. Satu hal yang perlu dicatat, saat itu usia Michael baru 17 tahun. Setelah mengikuti tur promo bersama Scorpions, band lain bernama UFO tertarik dengan talentanya. Kemudian Michael meninggalkan Scorpions dan bergabung dengan UFO yang baru saja ditinggal gitarisnya, Michael Bolton (tapi bukan Michael Bolton penyanyi). Bersama UFO, Michael sempat merilis beberapa album, diantaranya Phenomenon (1974), Force It (1975), No Heavy Petting (1976), Lights Out (1977), Obsession (1978). Pada era Michael Schenker inilah nama UFO bisa berkibar dan mendapat pendengar yang lebih luas sampai ke pasar Amerika. Permainan gitarnya menunjukkannya sebagai seorang musisi yang berpengaruh. Ia juga terkenal dengan sosoknya yang menenteng Gibson Flying-V dengan body yang dimodif pada bagian catnya, setengah hitam, setengah putih. Akan tetapi setelah album merilis album Obsession, Michael dikeluarkan dari UFO karena kecanduan alkohol dan kembali ke Scorpions. Ia menggantikan Uli John Roth yang sebelumnya menggantikan posisinya saat ia keluar dari Scorpions dulu. Sekembalinya ke Scorpions, ia ikut merilis album Lovedrive pada tahun 1979. Namun sayang, ketika sedang menjalani tur pertamanya di Amerika, Michael lagi-lagi absen hadir karena kecanduan alkohol. Album tersebut tidak diterima di Amerika terutama karena masalah cover albumnya. Michael pun digantikan oleh Matthias Jabs yang akhirnya menjadi gitaris permanen Scorpions sampai saat ini. Setelah keluar dari Scorpions, ia sempat diangkat sebagai gitaris pengganti sementara Joe Perry di Aerosmith. Setelah itu Michael memutuskan untuk bersolo karir dengan membentuk Michael Schenker Group atau biasa disebut MSG. Di band ini Michael bertindak sebagai konseptor dan gitaris. Sedangkan untuk vocal diisi oleh Robin McAuley. Album-album yang dirilis adalah Michael Schenker Group (1980), MSG (1981), Assault Attack and One Night at Budokan (1982). Album-album tersebut cukup berkarakter hingga membuat Ozzy Osbourne sempat menawarinya menjadi gitaris Ozzy setelah kematian Randy Rhoads. Tahun awal-awal 90an, Michael juga sempat bergabung dengan Ratt untuk bermain unplugged MTV. Selain itu ia pernah tampil dalam kolaborasi Contraband bersama personel-personel dari band-band rock saat itu seperti Shark Island, Vixen, Ratt, dan L.A. Guns). Kemudian ia merilis album Thank You (1993), dan Unforgiven (1999). Tahun 1995, Michael kembali bergabung dengan UFO, dan merilis album Walk On Water dan kemudian tahun 2002 merilis album Sharks. Dengan suara gitar yang khas dan riff-riff gitar yang catchy sebagai kontribusinya pada Queen, Brian May menjadi salah satu dari sekian musisi yang berbakat dan memberikan pengaruh pada tahun 70-an. 

 

10. Bryan May Ia adalah anak seorang tukang servis elektronik dan musisi.

 Ia ternyata ikut mewarisi bakat ayahnya dalam bidang menyolder dan musik. Namun ia sanggup menyeimbangkan ketertarikannya akan teknologi dan musisi dan kemudian melanjutkannya untuk meraih gelar di bidang Fisika. Di saat senggangnya ia menyempatkan diri membuat gitar dibantu oleh ayahnya. Gitar buatannya ini yang kemudian menjadi trade-mark Brian May di setiap penampilannya. Saat masih sekolah ia membentuk band pertamanya, 1984, yang merupakan sebuah band instrumental. Band mereka manggung di sekitar kota London dan membuka pertunjukan artis/band legendaris seperti Traffic, Jimmi Hendrix, Pink Floyd dan Tyrannosaurus Rex (nantinya dikenal sebagai T-Rex). Pada tahun 1968, ia meninggalkan bandnya untuk memfokuskan diri pada studinya di Imperial College. Saat kuliah, May sering nongkrong bareng Roger Taylor dan kemudian membentuk band hard rock trio bernama Smile. Ia malah juga meneruskan pendidikannya setingkat S2 pada jurusan matematika dan ilmu pengetahuan, tapi kemudian malah memutuskan untuk lebih fokus pada musik secara penuh. Band Smile menandatangani kontrak dengan Mercury Records dan merilis satu single yang tidak meraih sukses. Kemudian mereka menambahkan Freddy Mercury pada posisi vokal dan merubah nama band mereka menjadi Queen. Setelah bekerja dengan beberapa bassist, akhirnya mereka menemukan dan merekrut John Deacon pada tahun 1971. Queen kemudian menandatangani kontrak dengan EMI dan merilis debut albumnya (Queen) pada tahun 1973 dengan kekuatan utama album mereka: kombinasi vokal opera Freddie Mercury dan riff-riff keren Brian May. Brian May bersama Queen terus berekperimen dengan mengembangkan sound mereka. Albun A Night at the Opera dirilis tahun 1975 dan menelurkan lagu hit "Bohemian Rhapsody", yang memperdengarkan kemampuan musikal dan kehebatan mereka sebagai pengarang lagu. Kedua album mereka selanjutnya A Day at the Races pada tahun 1976 dan News of the World pada tahun 1977 juga meraih sukses besar di radio maupun di toko musik dengan hit-hit mereka seperti "We Will Rock You" dan bahkan "We Are The Champion" dari album News of the World malah digunakan menjadi lagu kemenangan di lomba olahraga di seluruh dunia sampai sekarang. Yang menarik adalah, salah satu lagu dari album News, "It’s Late" adalah lagu dimana Brian May menggunakan two-handed tapping dan hammer-on saat solo gitar dan setahun kemudian baru Eddie Van Halen terkenal dengan two-handed tapping gayanya sendiri. May menyebutkan bahwa tehnik tapping yang ia gunakan diconteknya dari seorang gitaris band club di daerah Texas. Menurut gitaris band tersebut malah Billy Gibbons (ZZ Top) yang pertama kali menggunakannya dan ia hanya menconteknya. Setelah Freddie Mercury wafat di tahun 1991, Queen secara resmi bubar. Hanya pada event-event khusus seperti "Concert for Life tribute to Mercury" di tahun 1992 (menggalang dana untuk Mercury Phoenix Trust, dibentuk untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya AIDS). Brian May kemudian lebih fokus bersolo karir, merilis Back to the Light pada tahun 1993. Setahun kemudian ia merilis Live at Brixton Academy, yang isinya adalah gabungan dari lagu-lagu solo karirnya dan dari koleksi lagu Queen. Pada tahun 1998 ia merilis album berjudul Another World dimana Jeff Beck ikut mengisi gitar pada lagu "The Guv’nor".

ASAL USUL SEJARAH BAND GOD BLESS



ERA 1970-an
Berdirinya God Bless berawal dengan kembalinya Ahmad "Iyek" Albar kembali ke Tanah Air setelah beberapa tahun tinggal di Belanda, ia pun berangan-angan membentuk band sendiri yang lebih serius.
Beliau kembali dari Belanda bersama dengan Ludwig Lemans (gitaris Clover Leaf, band Iyek ketika masih di Belanda).
Iyek lalu mengajak (almarhum) Fuad Hassan (drum) dan Donny Fattah (bass) untuk membentuk band.
Inilah yang melatarbelakangi berdirinya Crazy Wheels, sebelum akhirnya band tersebut - yang mengadakan konser perdananya di TIM (Taman Ismail Marzuki) lalu mengikuti pentas musik "Summer '28", semacam pentas 'Woodstock' ala Indonesia di Ragunan, Jakarta,
yang diikuti berbagai band dari Indonesia, Malysia dan Filipina - mengubah namanya menjadi God Bless pada tanggal 5 Mei 1973.

Jockie Surjoprajogo (keyboard) sendiri baru bergabung dengan Crazy Wheels/God Bless pada awal tahun 1973.
Beliau dimaksudkan sebagai pengganti Deddy Dores - yang sempat bergabung dengan God Bless namun tidak bertahan lama dalam band tersebut karena harus mengurus bandnya sendiri, Rhapsodia.
Namun Jockie juga tidak bisa bertahan lama.
Posisi beliau pun digantikan oleh (almarhum) Soman Lubis.

Pada bulan Juni 1974, Fuad Hasan dan Soman Lubis (keyboard) mengalami kecelakaan lalu lintas di Tugu Pancoran, Jakarta Selatan.
God Bless pun melalui masa berkabung.
Ditambah lagi, sang gitaris Ludwig Lemans juga memutuskan untuk keluar dari God Bless.
Dengan demikian, personil yang tersisa tinggal
Ahmad Albar dan Donny Fattah.
Untuk mengisi kekosongan pada keyboard, mereka mengajak Jockie untuk bergabung kembali.
Jockie lantas mengajak Ian Antono (gitar) dan Teddy Sujaya (drum) untuk bergabung dengan God Bless.

Untuk mengenang Fuad Hassan dan Soman Lubis, God Bless tampil di TIM dengan tema mengenang seratus hari Fuad Hasan dan Soman Lubis dengan atraksi mengusung peti mati diatas panggung.

Pada awalnya, God Bless bukanlah band yang memiliki lagu.
Mereka hanya band yang biasa membawakan lagu-lagu orang lain,
seperti Kansas, Easy Beast, Genesis, Deep Purple, pada setiap penampilan mereka.
Proses masuknya band legendaris ini kedalam dapur rekaman dimulai dengan coba-coba.
Mereka menulis lagu, dan lantas merekamnya.
Mereka merekamnya di sebuah studio yang dikelola oleh Alex Kumara (ahli broadcast).
Rekaman-rekaman ini bisa sampai ke telinga PT Aquarius Musikindo karena Suryoko - bos Aquarius - sering belajar gitar di rumah Ian.
Mereka berdua memang sudah bersahabat sejak lama.
Dan pada tahun 1975, God Bless merilis album perdananya.

ERA 80-an
Menjelang pembuatan album kedua, Jockie Surjoprajogo keluar dari formasi, posisinya kemudian diambil alih oleh Abadi Soesman yang bergabung tahun 1979 dan ikut terlibat di pembuatan album Cermin (1980).
Berbeda dengan album sebelumnya yang rekaman jalan sambil menyelesaikan materi lagu, Album Cermin (1980) dikonsep dan dipersiapkan secara matang beberapa bulan sebelum masuk rekaman.

Pada album ini, konsep musik God Bless sedikit berubah menghadirkan ramuan aransemen lagu-lagunya terkesan lebih rumit, disamping membutuhkan skill masing-masing personil yang tinggi juga kekompakan dalam memainkannya,
seperti lagu Musisi, Anak Adam, Selamat Pagi Indonesia atau Sodom Gomorah.
Bahkan ketika rekaman, Teddy Sunjaya tidak menggunakan metronome seperti kebanyakan rekaman yang lain.
Album Cermin pun merupakan representasi dari pemberontakan God Bless terhadap dominasi industri rekaman ketika itu yang selalu mencekokkan komersialisme atas tuntutan pasar yang ketika itu sedang didominasi musik pop yang bertemakan cinta dalam pandangan secara sempit.
Album ini sering disebut-sebut sebagai album God Bless paling idealis dan terbaik dari sisi musikalitasnya.
Dan menjadi barometer kwalitas sebuah band rock waktu itu, manakala mampu memainkan lagu-lagu dari album Cermin.
Dua tahun setelah album Cermin dirilis, Abadi Soesman mengundurkan diri.

Pada sekitar tahun 1980-an, salah satu promotor rock asal Surabaya, Log Zhelebour mulai gencar mementaskan festival rock di Indonesia, dan mulailah membangunkan God Bless dari "tidur panjangnya" dengan menjadikan lagu-lagu God Bless sebagai lagu "wajib" juga personilnya menjadi juri di festival yang akhirnya banyak melahirkan band-band rock di Indonesia, seperti Grass Rock, Elpamas, sampai Slank.

Dari sekedar menjadi juri tersebut, pada tahun 1988 God Bless akhirnya melahirkan album come back
Semut Hitam yang meledak di pasaran waktu itu, dengan hitsnya seperti Rumah Kita, Semut Hitam, atau Kehidupan.
Secara penjualan, album Semut Hitam ini adalah album God Bless paling laris.
Di album ini, terjadi lagi perubahan konsep musik God Bless.
Dari yang tadinya lebih bernuansa rock progresif secara drastis berubah menjadi sedikit lebih keras dengan adanya pengaruh musik hard rock dan heavy metal, disamping unsur komersil untuk mempertimbangkan selera pasar.
Pun demikian, kwalitas musiknya masih tetap kental dipertahankan.

Album ini juga menjadi inspirasi anak muda agar dapat terus berkarya dalam bidang musik rock.
Namun, setelah album Semut Hitam keluar, Ian Antono menyatakan keluar dari formasi God Bless.
Posisinya kemudian digantikan oleh gitaris muda berbakat, Eet Sjahranie.
Setelah masuknya Eet Sjahranie, pada tahun 1989 dirilislah album berjudul Raksasa dengan hits Menjilat Matahari, Maret 1989, atau Misteri.
Eet Sjahranie berhasil me-refresh sound gitar Ian Antono dan menjadikan God Bless lebih agresif.
Ian Antono sendiri, setelah keluar dari God Bless terhitung sukses merintis karier solo sebagai pencipta lagu, aranjer dan produser.

ERA 90-an
Setelah melewati masa vakum yang cukup panjang, tahun 1997, para personel God Bless, termasuk Eet Sjahranie dan Ian Antono kembali berkumpul.
'Workshop' yang mereka gelar di kawasan Puncak, menghasilkan sebuah album berjudul Apa Kabar.
Namun reuni ini tidak berlangsung lama karena Eet secara resmi mengundurkan diri dari formasi God Bless dan konsentrasi untuk bandnya sendiri, Edane yang sejak tahun 1992 sudah merilis album perdananya, The Beast.

Walau tidak banyak merilis album, God Bless, dianggap merupakan legenda grup musik rock Indonesia
karena dianggap sebagai pelopor yang memiliki kualitas bermusik tinggi.
Sepanjang perjalanannya, grup ini mengalami 15 kali lebih pergantian personil yang disebut sebagai 'formasi', dan saat ini tinggal
Ahmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), dan Donny Fattah Gagola (bass) yang masih dapat dikatakan sebagai personil aktif grup.

ERA 2000-an
Pada Februari 2009 lalu, mereka tampil di acara Kick Andy di Metro TV dengan 5 orang personil, yaitu
Ahmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), Donny Fattah (bass), Yaya Moektio (drum) dan Abadi Soesman (kibor).
Mereka menyatakan akan mengeluarkan album baru dalam waktu dekat ini.
Dan tepat pada awal Mei 2009, God Bless akhirnya mengeluarkan album terbarunya yang berjudul 36th.
Gothic metal

Gothic metal atau gothic metal adalah sebuah subgenre dari Musik heavy metal Kadang-kadang gothic metal mengkombinasikan agresi dari logam berat dengan melankolis gelap dari gothic rock. Genre bermula ketika awal 1990-an di Eropa sebagai hasil dari kematian / malapetaka, perpaduan antara death metal dan Musik gothic metal yang beragam dengan band-band yang dikenal untuk mengadopsi pendekatan gothic gaya yang berbeda dari musik heavy metalLyrics umumnya melodramatis dan sedih dengan inspirasi dari gothic fiksi serta pengalaman pribadi.

Pioneers of gothic metal termasuk Paradise Lost, My Dying Bride dan Anathema, semua dari utara Inggris.Perintis lain dari paruh pertama tahun 1990-an mencakup Type O Negative dari Amerika Serikat, Tiamat dari Swedia, dan The Gathering dari Belanda. Norwegia band Theatre of Tragedy mengembangkan "keindahan dan binatang" estetika menggabungkan vokal laki-laki agresif dengan bersih perempuan vokal, sebuah kontras yang sejak diadopsi oleh banyak kelompok gothic metal.. Selama pertengahan 1990-an, Moonspell, Teater des Vampir dan Cradle of Filth membawa pendekatan gothic black metal. Pada akhir dekade, sebuah logam symphonic gothic metal varian telah dikembangkan oleh Tristania dan Within Temptation.

Pada abad ke-21, gothic metal telah bergerak menuju arus utama di Eropa, khususnya di Finlandia dimana kelompok-kelompok seperti The 69 Eyes, memilin, HIM, Lullacry, Poisonblack dan hukuman telah merilis hit single atau album chart-topping. Di AS, bagaimanapun, hanya beberapa band-band seperti kekosongan Coil dan Evanescence telah menemukan sukses secara komersil.
Etimologi

Gothic adalah suatu istilah yang "sulit untuk dijabarkan". Beberapa komentator telah menyarankan bahwa ada ideologi yang mendasari Goth, pola pikir atau seperangkat nilai-nilai bersama tapi ada "sedikit kesepakatan tentang tepat apa ini mungkin melibatkan". Penulis Gavin Baddeley menggambarkan estetika Gothic dengan cara sebagai berikut.

Istilah gothic masuk musik heavy metal dengan merilis Paradise Lost 's Gothic album pada tahun 1991. Sejak saat itu, fans sering kali bertentangan dengan satu sama lain untuk "yang band ini, atau paling tidak jelas, otentik gothic ". Beberapa musisi telah membantah terkait dengan label gothic band mereka, termasuk Williams Rozz dari Kematian Kristen dan Andrew dahsyat dari The Sisters of Mercy. Dalam gothic metal subgenre, anggota dari kelompok-kelompok seperti Setelah Forever, HIM dan Nightwish telah sama meremehkan atau menolak gothic label dari musik mereka.
Karakteristik

Musik gothic metal umumnya ditandai oleh suasana gelap Kata sifat "gelap" biasanya digunakan untuk menggambarkan musik gothic secara umum sedangkan istilah lain yang kurang sering digunakan termasuk dalam, menyedihkan, romantis, bergairah dan intens. Gothic metal juga telah digambarkan sebagai "kombinasi dari kegelapan dan melankolis dari goth batu dengan logam berat". Allmusic mendefinisikan genre sebagai fusi dari "yang suram, dingin goth atmosfer dari batu dengan keras gitar dan agresi logam berat "dan lebih jauh mencatat bahwa" benar goth logam selalu langsung dipengaruhi oleh gothic rock - synths halus dan tekstur seram adalah sama pentingnya dengan riff gitar, jika tidak lebih dari itu ".

Gothic metal adalah genre yang bervariasi dengan band-band mengejar banyak arah yang berbeda, dari "lambat dan menghancurkan variasi" untuk "orkestra dan bombastis doom metal perintis awal latar belakang seperti Paradise Lost dan My Dying Bride,telah diambil oleh kelompok-kelompok seperti Artrosis, Ava Inferi dan Draconia. The black metal pendekatan Cradle of Filth, Teater des Vampir dan awal Moonspell dapat ditemukan dalam berikutnya seperti band-band seperti Graveworm, Drastique dan Samsas Traum sementara symphonic metal pendekatan Tristania dan Within Temptation dapat ditemukan dalam kelompok lain seperti Epica dan After Forever. Variasi lainnya termasuk death metal dari Trail of Tears Maka rakyat logam dari Midnattsol Dan logam alternatif dari Katatonia.

Vokal


Lead vokalis wanita adalah kehadiran umum dalam genre gothic metal. Salah satu yang paling awal adalah Anneke van Giersbergen dari The Gathering, yang digambarkan di atas.

Ada juga beragam gaya vokal dalam gothic metal. Penyanyi laki-laki dalam genre berkisar dari menggeram parau dan jerit logam hitam Dani Filth dan Morten Veland ke counter-tenor bersih vokal dari Osten Bergøy dan bass kisaran Peter Steele. Untuk penyanyi wanita, gaya vokal yang berbeda termasuk jeritan dan menggeram dari Cadaveria, the "poppy" vokal dari Tanja Lainio dari Lullacry dan gaya sopran opera Vibeke Stene dari Tristania. Ada lebih banyak perempuan penyanyi gothic metal daripada yang terdapat dalam logam berat lainnya subgenre tetapi vokal perempuan yang tidak perlu dan tidak sinonim dengan genreLiv Kristine dari Theatre of Tragedy dan Daun 'Mata mencatat bahwa tag gothic sering disalahtafsirkan dan menunjukkan bahwa "tidak semua band dengan vokalis wanita adalah band gothic". The genre ini juga dikenal untuk menarik lebih banyak penggemar perempuan relatif terhadap lain subgenre dari musik heavy metal.

Lirik



Lirik gothic metal yang dikenal sebagai "epik dan melodramatic” Selama tiga band-band Inggris yang membantu untuk merintis genre, mereka sedih dan depresif lirik mencerminkan latar belakang mereka di doom metal. The music of My Dying pengantin perempuan telah tercatat sebagai "menetes dengan pengkhianatan dan penderitaan" dari seorang "liris terpesona dengan penipuan dan pelanggaran setiap variasi". Lirik yang berfokus pada bunuh diri dan kehidupan yang berarti dapat ditemukan di Anathema sementara Paradise Lost juga telah "tidak pernah kehilangan tepi depresif".

Italia gothic black metal Teater des Vampir mewujudkan minat yang mendalam dalam vampir mitos, pokok yang umum dari fiksi horor gothic.

Gothic fiksi, genre sastra yang memadukan horor dan percintaan, telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak lirik band gothic metal seperti Cadaveria, Cradle of Filth, Moonspell, , Theatres des Vampires dan Xandria. Kritik Eduardo Rivadavia dari Allmusic mengidentifikasi drama dan sedih kecantikan sebagai unsur wajib dalam genre. For My Dying Bride, subjek dari "kematian dan penderitaan dan kehilangan cinta dan asmara" telah didekati berulang-ulang dari sudut yang berbeda. The Common gothic tema cinta yang hilang adalah subyek yang telah ditangani oleh gothic metal seperti band-band seperti Theatre of Tragedy dan Leaves 'Eyes.

Lyrics didasarkan pada pengalaman pribadi adalah salah satu fitur umum dari banyak gothic metal band-band seperti Anathema, Elis, Tiamat, Midnattsol dan The Old Dead Tree. Graveworm pindah jauh dari cerita fantasi mendukung lirik pribadi setelah menemukan mereka lebih cocok untuk gaya musik mereka. Lirik sesama Italia Lacuna Coil juga tidak fitur apapun "fantasi barang atau sesuatu yang Anda tidak dapat menemukan dalam realitas" sebagai vokalis co-Cristina Scabbia menemukan itu diharapkan orang dapat menghubungkan diri ke band's lyrics. Demikian pula, band fitur Lullacry lirik pada subyek "cinta, benci, gairah dan rasa sakit" karena seseorang "bisa dengan mudah menyambung ke lagu" dengan lirik " tentang hubungan manusia “